Selasa, 26 Februari 2013

Peer Group (Teman Sebaya)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Tak dipungkiri lagi, manusia sebagai makhluk social atau zoo politicon yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Karena itulah manusia akan selalu mengadakan hubungan dengan orang lain, selain itu pada dasarnya manusia memang selalu ingin dekat dengan orang lain.
Hubungan (relationship) adalah segala sesuatu yang terjadi bila dua orang saling mempengaruhi satu sama lain, bila yang satu bergantung pada yang lain (Keley et al., 1983)[1] yang didasari oleh factor keyakinan, perasaan dan perilaku. Bentuk dan hubungan yang dijalin sangatlah beragam, salah satunya dalah pertemanan.
Pertemanan adalah hubungan pribadi antara dua orang atau lebih yang terjadi karena adanya kesaman interes dan afeksi yang mendalam, ditandai dengan saling memperlihatkan satu sama lain membuka diri secara total dan saling membagi, bahkan membicarakan kehidupan pribadi masing-masing.
Dimulai pada masa anak-anak, sebagian besar manusia membangun pertemanan dengan teman-teman sebaya yang memiliki minat yang sama. Hubungan seperti ini cenderung terdiri dari rasa saling suka yang di dasarkan pada afek positif (lydon, Jamieson, & Holmes, 1997). Secara umum memiliki teman adalah positif sebab teman dapat mendorong self-esteem dan menolong dalam mengatasi stress, tetapi teman juga bisa memiliki efek negative jika mereka antisocial, menarik diri, tidak suportif, argumentative, atau tidak stabil (Hartup & Stevens, 1999)[2].

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan peer group ?
2.      Apa itu sosialisasi ?
3.      Apa pengertian dari sosialisasi peer group ?
4.      Bagaimana sosialiasisasi peer group tersebut pada masa anak-anak dan remaja ?
5.      Apa yang melatar belakangi timbulnya peer group ?
6.      Apa saja cirri-ciri, hakikat, fungsi dan peranan, bentuk serta pengaruh peer group ?

 BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Sosialisasi Peer group
Interaksi yang dilakukan oleh manusia mengakibatkan sosialisasi. Menurut Berger (dalam Sunarto, 2004), sosialisasi merupakan proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Durkin (dalam Komalasari dan Helmi, 2009) mengatakan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses transmisi nilai-nilai, system belief, sikap, ataupun perilaku-perilaku dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya dengan tujuan agar generasi berikutnya mempunyai sistem nilai yang sesuai dengan tuntutan norma yang diinginkan oleh kelompok, sehingga individu dapat diterima dalam suatu kelompok.
Menurut Sunarto, Peer group merupakan teman bermain yang terdiri atas kerabat maupun tetangga dan teman sekolah dimana seorang anak mulai belajar nilai-nilai keadilan. Sedangkan menurut Riyanti, Peer group  adalah salah satu cirri yang dibentuk dalam perilaku social dimana perilaku kelompok tersebut akan mempengaruhi perilaku serta nilai-nilai individu-individu yang menjadi anggotanya sehingga individu tersebut akan membentuk pola perilaku dan nilai-nilai yang baru yang pada gilirannya dapat menggantikan nilai-nilai serta pola perilaku yang dipelajari di rumah.
Dan berdasarkan pada pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sosialisasi peer group adalah suatu proses transmisi nilai-nilai, sistem belief, sikap-sikap kultural, ataupun perilaku-perilaku dalam kelompok sosial remaja di mana perilaku berkelompok tersebut akan mempengaruhi perilaku serta nilai-nilai individu-individu yang menjadi anggotanya sehingga individu tersebut akan membentuk pola perilaku dan nilai-nilai baru yang pada gilirannya dapat menggantikan nilai-nilai serta pola perilaku yang dipelajari di rumah.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan yang tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman dan peranan), sosialisasi dalam kelompok sebaya dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Karena itulah dalam kelompok sebaya, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan. 
1.      Pada masa anak-anak awal
Sejumlah penelitian telah merekomendasikan betapa hubungan social dengan teman sebaya memiiki arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu fungsi kelompok peer group yang paling penting adalah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Anak-anak menerima umpan balik tentang kemampuan-kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya. Anak-anak mengevaluasi apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama atau lebih jelek dari yang dilakukan oleh anak-anak lain. Mereka menggunakan orang lain sebagai tolak ukur untuk membandingkan dirinya. Proses pembandingan social ini merupakan dasar bagi pembentukan rasa harga diri dan gambaran diri anak (Hetherington & Parke, 1981)[3]
2.      Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak
Seperti halnya dengan masa awal anak-anak, berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir-anak. Barker dan Wright (dalam Santrock, 1995) mencatat bahwa anak-anak usia 2 tahun menghabiskan 10% dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Pada usia 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya meningkat menjadi 20%. Sedangkan anak usia 7 hingga11 meluangkan lebih dari 40% waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.[4]
3.      Pada masa remaja
Seorang remaja yang telah mantap dengan keberadaan dirinya akan lebih percaya diri memulai hubungan dengan orang lain. Ketika menjalin relasi dengan orang lain ia tidak akan berorientasi pada dirinya sendiri melainkan akan menaruh keberadaan di luar dirinya. Hal ini tampak pada remaja yang memberikan rasa kepedulian kepada temannya yang dikenal, remaja akan lebih aman bila membagikan permasalahan, ide-ide, pkiran-pikiran yang dimiliki untuk dibagikan pada orang lain yang dikatakan teman atau sahabat (Mappiare, 1982).[5]
Sekali terbangun suatu hubungan akrab, dibandingkan dengan hubungan biasa akan mengakibatkan dua individu atau lebih menghabiskan banyak waktu yang lebih bervariasi menjadi self-disclosing, saling memberikan dukungan emosional dan membedakan antara sahabat dan teman lainnya. Teman biasa adalah seseorang yang menyenangkan untuk bersama, sementara sahabat dihargai karena ia murah hati, sensitive, dan jujur. Seseorang yang dapat diajak bersantai dan menjadi diri kita sendiri.[6]
Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas dari adanya ikatan yang terjalin kuat dalam kelompok teman sebayanya tersebut (peer group), sedemikian kuatnya sehingga mengarah ke fanatisme. Sehingga tiap-tiap anggota kelompok menyadari bahwa mereka adalah satu kesatuan yang terkait dan saling mendukung. Di mana kelompok teman sebaya (peer group) merupakan kelompok yang terdiri dari teman seusianya dan mereka dapat mengasosiasikan dirinya (Chaplin, 2001). Dan juga menurut Santrock (2003), pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Bahkan remaja akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota. Untuk mereka, yang tidak kohesi atau mengikuti aturan kelompoknya akan dikucilkan dan berarti stres, frustasi, dan kesedihan.
Dalam Peer group, individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Di dalam Peer group tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Dalam Peer group, individu merasa menemukan dirinya serta dapat menegmbangkan rasa sosialnya sejalan dengan perkembangan kepribadiannya.
B.     Latar Belakang Timbulnya Peer group
Dalam kehidupan sehari-hari, individu hidup dalam tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut Havinghurs, anak tumbuh dan berinteraksi dalam dua dunia sosial yaitu: Dunia orang dewasa. Misalnya: orang-tuanya, gurunya, tetangganya. Dunia peer group (sebayanya). Misalnya: kelompok permainan, kelompok teman di sekolah, teman-temannya.
Dalam dua dunia sosial tersebut terdapat perbedaan-perbedaan yang menimbulkan latar belakang Peer group, perbedaan tersebut adalah :
1.      Perbedaan dasar.
Dalam dunia orang dewasa, anak selalu dalam posisi subordinat status (status bawahan) dengan kata lain status dunia dewasa selalu di atas anak. Sedangkan dalam dunia sebayanya, anak mempunyai status yang sama di antara yang lain. Jadi peer group selalu berada di bawah orang dewasa, maka kemudian anak-anak peer ini biasanya membutuhkan kelompok sendiri, karena ada kesamaan dalam pembicaraan di segala bidang.
2.      Perbedaan pengaruh
Perbedaan peer group ini makin lama makin penting fungsinya, sehingga membuat pengaruh keluarga makin kecil.
Dari uraian di atas, timbullah latar belakang dari peer group yaitu :
a.       Adanya perkembangan proses sosialisasi
Pada usia remaja (usia anak SMP dan SMA), individu mengalami proses sosialisasi, di mana mereka itu sedang belajar memperoleh kemantapan sosial dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang dewasa yang baru. Sehingga individu mencari kelompok yang sesuai dengan keinginannya, di mana individu bisa saling berinteraksi satu sama lain dan merasa diterima dalam kelompok.
b.      Kebutuhan untuk menerima penghargaan.
Secara psikologis, individu butuh penghargaan dari orang lain, agar mendapat kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu individu bergabung dengan teman sebayanya yang mempunyai kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin dihargai. Sehingga individu merasakan kebersamaan atau kekompakan dalam kelompok teman sebayanya.
c.       Perlu perhatian dari orang lain.
Individu perlu perhatian dari orang lain terutama yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemukan dalam kelompok sebayanya, di mana individu merasa sama satu dengan yang lainnya, mereka tidak merasakan adanya perbedaan status, seperti jika mereka bergabung dengan dunia orang dewasa.
d.      Ingin menemukan dunianya.
Di dalam peer group individu dapat menemukan dunianya, di mana berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan di segala bidang. Misalnya: pembicaraan tentang hobi dan hal-hal menarik lainnya
C.     Ciri-Ciri Peer group
Adapun ciri-ciri daripada peer group adalah sebagai berikut:
  1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Peer group terbentuk secara spontan. Di antara anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu di antara anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin. Di mana semua anggota beranggapan bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai pemimpin, biasanya anak yang disegani dalam kelompok itu. Semua anggota merasa sama kedudukan dan fungsinya.
  2. Bersifat sementara, karena tidak ada struktur organisasi yang jelas, maka kelompok ini kemungkinan tidak bisa bertahan lama, lebih-lebih jika yang menjadi keinginan masing-masing anggota kelompok tidak tercapai, atau karena keadaan yang memisahkan mereka seperti pada teman sebaya di sekolah. Yang terpenting dalam peer group adalah mutu hubungan yang bersifat sementara.
  3. Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas. Misalnya teman sebaya di sekolah, mereka pada umumnya terdiri dari individu yang berbeda-beda lingkungannya, di mana mempunyai aturan-aturan atau kebiasaan-kebiasaan yang berbeda-beda pula. Lalu mereka memasukkannya dalam peer group, sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasan-kebiasaan itu dan dipilih yang sesuai dengan kelompok kemudian dijadikan kebiasaan-kebiasaan kelompok.
4.      Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkritnya pada anak-anak usia SMP atau SMA, di mana mereka mempunyai keinginan dan tujuan serta kebutuhan yang sama.
D.    Hakikat Peer group
  1. Peer group bagaimanapun juga terbentuk mulai dari kelompok informal ke organisasi. Semula individu yang bukan anggota kelompok sekarang menjadi anggota kelompok teman sebayanya. Anak-anak sebaya akan berinteraksi dengan anggota teman sebayanya, sehingga ia bertumbuh di dalamnya.
  2. Peer group mempunyai aturan-aturan tersendiri baik ke dalam maupun ke luar. Hal ini juga dimiliki oleh organisasi sosial lainnya dan merupakan harapan bagi anggota kelompoknya. Aturan-aturan itu, misalnya bagaimana menolong teman sekelompoknya atau bagaimana memanggil teman bila bertemu di jalan.
  3. Peer group menyatakan tradisi-tradisi mereka, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, bahkan bahasa mereka. Karena dalam peer group mempunyai aturan-aturan tersendiri maka mereka juga ingin menunjukkan ciri khas kelompoknya dengan tradisi atau kebiasaan mereka. Dalam kelompok itu ada standar tertentu dalam berpakaian, berbicara antar anggota kelompok dan dalam bertingkah laku.
  4. Situasi daripada harapan peer group, sepenuhnya disetujui oleh harapan-harapan orang dewasa. Pembentukan kelompok sebaya seperti kelompok bermain di sekitar anak secara tidak langsung disetujui oleh orang tua, karena orang tua mudah mengawasinya. Atau kelompok teman di sekolahnya disetujui oleh guru, karena memenuhi harapan guru agar anak berkembang hubungan sosialnya.
  5. Pada kenyataannya peer group diketahui dan diterima oleh sebagian besar orang tua dan guru. Kepentingan dalam hubungan sosial individu sering tidak dikenal oleh anak. Sebagai perbandingan dengan lembaga sosial lainnya seperti keluarga atau sekolah, maka peer group anak belajar tentang hubungan sosialnya dari yang sempit sampai hubungan sosialnya yang semakin luas, dari teman sebaya di rumah sampai teman sekolahnya dan hal ini dapat diketahui dan diterima oleh orang tua dan guru.
  6. Secara kronologis, peer group adalah lembaga kedua yang utama untuk sosialisasi. Biasanya antara usia 4-7 tahun dunia sosial anak berubah secara radikal dari dunia sempit dalam keluarga menuju dunia yang lebih luas dalam peer group. Jadi anak berkembang dari lembaga pertama yaitu keluarga menuju lembaga kedua dalam peer groupnya. [7].
E.     Fungsi dan Peranan Peer group
Sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka peer group juga mempunyai fungsi dan peranan. Perlu diketahui lebih dahulu tentang pengertian peer group yaitu kelompok anak sebaya yang sukses di mana ia dapat berinteraksi. Hal-hal yang dialami oleh anak-anak tersebut adalah hal-hal yang menyenangkan saja.
Fungsi dan peranan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan yang berada di tempat itu. Misalnya: orang luar negeri masuk ke Indonesia, maka teman sebayanya di Indonesia mengajarkan kebudayaan Indonesia.
2.      Mengajarkan mobilitas sosial. Mobillitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah dinamakan mobilitas sosial. Seorang anak akan senang bila masuk kedalam kelompok sebaya yang memiliki status social yang lebih tinggi. Dengan masuk dalam status social yang lebih tinggi maka status mereka juga akan meningkat.seorang anak yang berada dalam peer group status sosialnya akan lebur mnjadi satu bagian dengan kelompoknya, karena identitas kelompokna berarti identitas dirinya.
3.      Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberi kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. Misalnya: anak yang belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan sebagainya.
4.      Peer group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk masayarakat. Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam kelompoknya. Peer group di masyarakat sebagai sumber informasi, kalau salah satu anggotanya berhasil, maka di mata masyarakat peer group itu berhasil. Atau sebaliknya, bila suatu kelompok sebaya itu sukses maka anggota-anggotanya juga baik.
5.      Belajar saling bertukar perasaan dan masalah. Seorang anak lebih nyaman berbagi dengan temannya karena temannya biasanya lebih mengerti dirinya dan persoalan yang dihadapinya. Mereka saing menumpahkan perasaan dan permasalahan yang tidak bisa mereka ceritakan pada orang tua maupun guru mereka. Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain. Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya.
6.      Peer group mengajarkan moral orang dewasa. Anggota peer group bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka memperoleh kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa, tapi mereka tidak mau disebut dewasa. Mereka ingin melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang dewasa, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga bisa berbuat seperti orang dewasa.
7.      Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri. Kebebasan di sini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau untuk menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota yang lain juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama. Berbeda dengan kalau anak bergabung dengan orang dewasa, maka anak akan sulit untuk mengutarakan pendapat atau untuk bertindak, karena status orang dewasa selalu berada di atas dunia anak sebaya.
8.      Belajar mengontrol tingkah laku social. Dalam peer group seorang anak akan lebih mudah dalam pengawasannya, karena tingkah aku setiap individu menunjukan perilaku umum dari kelompoknya. Hal ini mempermudah pengawasan bagi orang tua maupun guru.
F.      Bentuk-Bentuk Peer Group
Kelompok dalam peer group mengalami penggolongan lagi dan kelompok ini bisa beranggotakan besar maupun kecil sesuai dengan interaksi antar anggotanya. Hurlock pun menggolongkannya sebagai berikut :
1.      Teman Dekat
Terdiri dari dua atau tiga orang yang mempunyai jeis kelamin, minat dan kemampuan yang hampir sama. Jarang sekali orang yang berbeda kelamin bisa berteman dekat. Relative sedikit penelitian yang dilakukan pada hubungan semacam ini, tetapi baru-baru ini dilaporkan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda dalam harapan mereka mengenai pertemanan awan jenis (Bleske-Rechek & Brush, 2011). Contohnya laki-laki cenderung memulai pertemanan semacam itu jika perempuannya menarik, dan mereka mengharapkan tumbuhnya hubungan yang mengandung unsure seksual. Jika keintiman secara fisik tidak ada, laki-laki mempersepsikan hal ini sebagai alsan untuk menghentikan hubungan tersebut. Perempuan sebaliknya, cenderung memulai hubungan semacamini untuk memperoleh perlindungan fisik, dan tanpa adanya perlindungan semacam ini, meeka merasa berhak menghentikan hubungan tersebut[8].
2.      Kelompok kecil
Terdiri dari beberapa kelompok teman dekat, pada mulanya mereka terdiri dari jenis kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
3.      Kelompok besar
Terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, lalu berkembang dengan meningkatnya minat dan interaksi antar mereka. Karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat antar anggotanya berkurang sehingga terdapat jarak social yang lebih besar di antara mereka.
4.      Kelompok yang terorganisir
Kelompok ini mempunyai struktur organisasi atau susunan kepengurusan yang jelas dan terwujud dalam organisasi sekolah atau masyarakat yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan social para remaja yang masih berada dibawah bimbingan dan pengawasan orang dewasa sehingga remaja yang mengikuti kelompok ini sering bosan karena selau diatur dan dibatasi ruang geraknya.
5.      Kelompok geng
Kelompok ini biasanya terbentuk karena adanya penolakan atau perasaan tidak puas dengan kelompok terorganisir. Terdiri dari anak-anak berjenis kelamin sama dan minat terhadap penolakan melalui perilaku anti social.
G.    Pengaruh Peer Group
Pengaruh perkembangan peer group meliputi dua hal, yaitu pengaruh peer group terhadap kelompoknya dan terhadap individu dalam kelompok. Menurut Havinghurst pengaruh perkembangan peer group ini mengakibatkan adanya:
1)     Kelas-kelas sosial.
Pembentukan kelompok sebaya berdasarkan tingkat status sosial ekonomi individu, sehingga dapat digolongkan atas kelompok kaya dan kelompok miskin.
2)      In dan Out group
In group adalah teman sebaya dalam kelompok. Out group adalah teman sebaya di luar kelompok. Contoh yang mudah mengenai In dan Out group ini dapat kita rasakan dalam kelas, di mana kita mempunyai teman akrab dan teman tidak akrab (biasa). Teman yang akrab tersebut dinamakan ingroup dan teman yang lainnya kita sebut Out  group.
Selain itu, Slamet Santoso (2004) menyatakan pengaruh dari perkembangan peer group terhadap individu dan kelompok ada yang positif dan negatif, yaitu :
1)      Pengaruh positif :
a.       Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
b.      Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.
c.       Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayaan yang mereka anggap baik (menyeleksi kebudayaan dari beberapa temannya).
d.      Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan dan melatih bakatnya.
e.       Mendorong individu untuk bersikap mandiri.
f.       Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.
2)      Pengaruh Negatif 
a.       Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.
b.      Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota.
c.       Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya.
d.      Timbulnya persaingan antar anggota kelompok.
e.       Timbulnya pertentangan / gap-gap antar kelompok sebaya, misalnya: antara kelompok kaya dengan kelompok miskin[9]..




[1] Sear, O. David., Freedman, Jonathan, L. & Peplau, L. Anne. Psikologi Sosial Edisi Kelima Jilid I. Jakarta : Erlangga, 1985.  Hal 236
[2] Baron, Robert A., & Byrne, Donn. Psikologi Sosial Edisi 10 Jilid 5.  Jakarta : Erlangga, 2003. Hal 9
[3] Desmita.Psikologi Perkembangan.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2005 hal 145
[4] Desmita.Psikologi Perkembangan.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2005 hal 184
[6] Baron, A. Robert.Psikologi Sosial Jilid 2 Edisi Sepuluh.Jakarta : Erlangga, 2003 hal 9
[7] www.google.com/peergroup/Santosa, Slamet. Drs., M.Pd.. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
[8] Baron, A. Robert.Psikologi Sosial Jilid 2 Edisi Sepuluh.Jakarta : Erlangga, 2003 hal 10

0 komentar:

Posting Komentar

 

cuwap-ciyak's Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template